Tidak diragukan lagi bahwa Soekarno atau yang populer dengan sebutan Bung Karno adalah sosok yang berwibawa bukan saja secara nasional, namun juga internasional.
Kepopulerannya pun dikagumi baik kawan maupun lawan, siapa lagi jika bukan penjajah. Dalam bigrafi Soekarno yang paling mudah diingat adalah gelar foinding father yang diterima.
Selain memperjuangkan bangsa Indonesia dengan berbagai cara hingga tetes darah penghabisan, Bung Karno juga turut andil dalam membentuk identitas negara pasca kemerdekaan.
Biografi Soekarno Singkat
Pendidikan
Soekarno lahir di Blitar pada 6 Juni 1901 dengan nama Kusno. Alasan digantinya nama tersebut lantaran Soekarno kecil sakit-sakitan. Selama kecil, ia tinggal bersama kakeknya yang bernama R. Hardjokromo di Tulungagung.
Setelah menamatkan sekolah dari Burgr School, kemudian ia indekos di tempat sahabat ayahnya yang bernama H.O.S Tjokroaminoto, yang kemudian dikenal sebagai pemimpin Partai Serikat Islam. Dari sinilah Bung Karno memiliki banyak kenalan tokoh SI lainnya seperti Agus Salim.
Sejak kecil, bakat dalam berdiplomasi sudah terlihat. Ia sudah mahir berpidato dan berpolitik. Sehingga tidak mengherankan jika kegemaran tersebut mengantarkan Soekarno sebagai orang yang dikagumi hingga menjadi orang nomor satu di Indonesia.
Biografi Soekarno dalam dunia politik dimulai dengan mendirikan suatu kelompok belajar yang bernama Algemeene Studie Club setelah lulus dari Technische Hoge School atau sekarang bernama Institut Teknologi Bandung (ITB). Kelompok belajar inilah yang kemudian menajdi cikal bakal berdirinya Partai Nasional Indonesia (PNI)
Perjuangan Ir Soekarno
Dalam perjalanan biografi Soekarno yang paling berkesan saat mendirikan Partai Nasional Indonesia dan merumuskan ajaran Marhaenisme ada 4 Juli 1927.
Karena tujuan pendirian partai ini untuk merdeka, Belanda kemudian memasukkan bung Karno ke penjara sukamiskin pada Desember 1929. Saat dipenjara, beliau hanya mengandalkan hidup dari istrinya.
Pengawasan di penjara sangatlah ketat karena ia digolongkan sebagai tahanan yang berbahaya. Bahkan ia digabungkan bersama tahanan elite yang terdiri dari orang Belanda. Hal tersebut bertujuan untuk mencegah Soekarno agar tidak mendapat informasi dari luar.
Tentu saja obrolan mereka dengan nya tidak nyambung karena Bung Karno saat itu bersemangat membahas perjuangan rakyat sementara tahanan lain yang diobrolkan hanya soal makanan, dan hal-hal tidak penting lainnya.
Menjadikan Telur Sebagai Alat Komunikasi
Kondisi Bung Karno sebagai tahanan memuat komunikasi dengan rekan perjuangan lainnya nyaris putus. Tetapi, Soekarno tidak kehabisan akal untuk tetap mendapat informasi.
Hal tersebut terjadi saat penjaga tahanan memperboehkannya menerima kiriman makanan dari luar.
Mengutip dari buku biografi “Bung Karno Masa Muda” yang diterbitkan oleh Pustaka Antarkota, makanan yang biasa dijadikan alat komunikasia dalah telur.
Dimana, jika mengirim telur asin berarti ada kabar buruk terhadap rekan-rekannya. Tetapi informasi tersebut hanya diduga-duga karena tidak terdapat penjelasan apa kabar buruknya.
Dibuang ke Ende
Selain cara tersebut, Bung Karno juga menemukan cara lain untuk menerima informasi tapi masih menggunakan media telur. Jika terdapat telur dengan satu tusukan, maka semua baik-baik saja.
Jika terdapat dua tusukan artinya ada seorang teman yang ditangkap, dan terjadi secara besar-besaran jika ada tiga tusukan.
Pada 31 Desember 1931 Bung Karno dibebaskan. Selama dalam penjara itu pula kedua orang tuanya tida pernah menjenguk. Hal tersebut dikarenakan mereka tidak sanggup melihat anaknya berada di tempat yang hina itu.
Saat disidangkan, melalui pembelaan Indonesia menggugat, ia menunjukkan pembangkangan terhadap Belanda. Belanda pun semakin geram karena pembelaan tersebut. PNI kemudian dibubarkan pada Juni 1930.
Setelah kebebasannya, Bung Karno bergadung dengan Partindo yang kemudian menjadikannya sebagai pemimpin. Akibatnya, beliau diasingkan ke Ende, Flores.
Memproklamasikan Kemerdekaan RI
Setelah melalui perjalanan panjang, pada 17 Agustus 1945, Bunga Karno bersama Bung Hatta menyatakan kemerdekaan RI. Soekarno mengemukakan gagasan mengenai dasar negara pada sidang BPUPKI 1 Juni 1945. Dasar negara inilah yang selanjutnya dikenal dengan pancasila.
Bung Karno kemudian terpilih menjadi presiden pertama republik indonesia saat sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945. Dalam dasar negaranya, ia berusaha mempersatukan nusantara dan bangsa-bangsa di Asia, Amerika Latin dan Afrika melalui konferensi Asia Afrika.
Jatuhnya Kekuasaan Bung Karno
Peristiwa G30S menyebabkan terjadinya krisis politik yang menyebabkan Soekarno digantikan Soeharto. Pelaku sesungguhnya dari gerakan tersebut masih kontroversi, tetapi banyak kalangan menyebut PKI terlibat didalamnya.
Kemudian massa dari KAPI atau kesatuan Aksi pelajar Indonesia dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia atau KAMI melakukan demonstrasi dan menyampaikan 3 permintaan atau yang dikenal dengan Tritura. Salah satu isi dari tuntutannya adalah membubarkan PKI
Tetapi soekarno menolak, sehingga menyebabkan posisi politiknya melemah. Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar kemudian keluar lima bulan setelahnya. Isi surat tersebut yakni meminta kepada Soeharto selaku Letnan Jenderal untuk mengambil tindakan.
Terbitnya Supersemar
Tindakan tersebut dilakukan guna menjaga keamanan negara dan keselamatan presiden. Surat tersebut kemudian disalahgunakan oleh Seoharto untuk membubarkan PKI dan dinyatakan sebagai organisasi terlarang.
Supersemar juga kemudian digunakan sebagai rujukan MPRS melalui dua ketetapannya yakni mengukuhkan supersemar menjadi TAP MPRS dan menjamin Soeharto selaku pemegang Supersemar untuk menjadi presiden jika Soekarno berhalangan.
Soekarno kemudian memberikan pidato pertanggung jawabannya berjudul nawaksara pada 22 Juni 1966. Pada 20 Februari 1967 kemudian Soekarno menandatangani Surat Pernyataan Penyerahan Kekuasaan.
Dengan ditandatanganinya surat tersebut, kepala pemerintahan dipegang oleh Soeharto secara de facto. MPRS kemudian mencabut kekuasaan Bung Karno. Soeharto kemudian diangkat menggantikan posisinya sebagai Presiden RI.
Kumpulan biografi lain!
Wafat
Pada masa kritisnya, dimulai sejak Agustus 1965, kesehatan Soekarno sudah semakin menurun. Sebelumnya, ia juga dinyatakan pernah melakukan perawatan di Wina, Austria karena gangguan ginjal yang dideritanya di tahun 1961 dan 1964.
Beliau memilih menjalankan pengobatan tradisional setelah direkomendasikan oleh seorang dokter dari Wina untuk mengangkat salah satu ginjalnya.
Setelah bertahan selama 5 tahun, pada tanggal 21 Juni tahun 1970 akhirnya ia menghembuskan nafas terakhirnya di RSPAD Gatot Subroto. Status tahanan politik masih melekat saat beliau meninggal.
Di penghujung usianya, Soekarno menjalani hidup yang menyedihkan. Setelah penetapan Soeharto sebagai presiden, ia menjadi tahanan politik di rumah istana Bogor.
Beliau kemudian dipindahkan di Wisma Yaso Jakarta. Bung karno dikucilkan dengan statusnya tersebut. Bahkan kerabatnya juga sulit menemuinya.
Pemakaman Soekarno
Soekarno pernah meminta untuk dimakamkan di Istana Bogor saat dirinya wafat. Tetapi Soeharto memakamkan Soekarno di Kota Blitar, Jawa Timur. Sehari setelah kematiannya, jenazah Soekarno dibawa ke Blitar untuk dimakamkan, bersebelahan dengan makam ibunya.
Soeharto mengingkari pesan Bung Karno untuk dimakamkan di Istana Bogor dibawah pohon yang sejuk dan rindang. Hal tersebut dikhawatirkan karena dapat dipolitisasi oleh pendukungnya karena terlalu dekat dengan Jakarta.
Demikian biografi Soekarno mulai dari masa kecil sampai wafatnya sang proklamator. Setelah melalui perjalanan yang cukup panjang dan mendekam di sel, bung Karno akhirnya berhasil membawa bangsa Indonesia untuk merdeka.
Meski di akhir hidupnya Bung Karno mendapatkan perlakukan yang tidak baik, namun namanya tetap dikenang sebagai Bapak Proklamasi sekaligus Presiden Pertama Indoensia. Tidak hanya dikagumi di Indonesia, bahkan secara dunia. hal itulah yang menyebabkan beliau banyak mendapat penghargaan.